Indikator Profesionalisme Perempuan

By Nabila Ghaida Zia - Agustus 12, 2018



Nice home work  dari institut ibu professional ini dari minggu ke minggu semakin membuat berpikir dan menyelami diri lebih dalam lagi. Kali ini tugasnya berkaitan dengan indikator profesionalisme perempuan sebagai seorang individu, istri dan ibu.

Baiklah aku ingin bercerita sedikit. Alhamdulillah awal pernikahan yang masih berusia 1 setengah bulan kami sudah menjalani LDM (Long distance marriage) tepat H+4 akad, Rasanya ujian di universitas kehidupan telah dimulai. Aku terus menanamkan dalam diri sebuh hikmah akan LDM ini.

Bagiku LDM itu mengajarkan agar hati ini selalu dekat dengan Allah. Biarlah Allah yang menjaga hati-hati kami, menjaga kami dari segala macam bahaya dan semacamnya.

Di tugas kali ini, kami diminta untuk menanyakan kepada suami tentang istri seperti apakah yang membuatnya bahagia. Kemudia pada yang sudah memiliki anak juga diminta untuk menanyakan ibu seperti apa yang membuat dia bahagia. Kemudian lagi bagi yang masih jomblo lillah dibuat sebuah perandaian jika menjadi istri apa saja indikatornya dan jika menjadi seorang ibu apa saja indikatornya.

Langsung saja ya cerita dimulai. Ketika mendapatkan nice home work yang kedua ini posisi aku dan suami masih jauh di mata dekat di hati. Kemudian aku langsung mengirimkan screen shot NHW kedua ini pada suami. Namun, ia tak mau menjawab lewat pesan, ia ingin menjawabnya langsung. Oke baiklah mungkin biar jawabannya makin mengena di hati batinku.

Akhirnya waktu pertemuan pun tiba. Hatiku tak karuan mendengar jawaban yang keluar dari mulutnya. Kutagih lagi jawaban dari pertanyaan itu. Hampir saja ia lupa. Maka saat pagi hari, saat kabut masih mendekap pagi dan ayam berkokok suamiku pun menjawab.

Dek, bagi mas sederhana kok yang membuat mas bahagia. Sederhananya adalah adek jadi orang yang bersemangat dalam hal apapun. Karena ketika adek sudah bersemangat maka hilanglah rasa takut, minder, dan akan berpengaruh pada lingkungan dan anak-anak kita kelak. Terus mas pengennya juga punya istri yang humoris. Karena apa? Karena biar kalua ada masalah tidak terlalu sedih trus nanti juga akan berpengaruh pada anak-anak. Anak-anak jadi ceria dan tidak gampang murung. Trus agar ketika sedih tidak terlalu berlama-lama dengan kesedihan sehingga setan bisa mempermainkan kesedihan yang ada ke dalam kemaksiatan.

Aku hanya terdiam membisu ketika mamas,panggilan sayang untuk suamiku, mengatakan seperti itu.

Dek, bagi mamas gak perlu spesifik apa yang mas minta. Cukup dua hal itu tadi. Bagi laki-laki sederhana kok. Laki-laki mudah menerima segala kekurangan istrinya. Beda halnya dengan perempuan yang kalua diibaratkan itu melihat kesalahan suami seperti bintang di langit. Tapi perempuan pun memiliki hal besar layaknya matahari yang membuatnya tetap sayang dan bahagia di samping suaminya. Sehingga matahari itu menghapuskan banyaknya bintang yang ada di malam hari.

Aku hanya tersipu malu mendengar jawabannya dan aku merasa bersyukur memiliki suami yang tidak banyak neka-neko. Alhamdulillah. Jadi untuk indikator secara SMART harus aku buat sendiri. Baiklah, maka inilah bagiku indikator profesionalisme perempuan.

Indikator sebagai seorang individu dan seorang istri

1.      Sebagai seorang individu dan seorang istri menjadi bersemangat dalam segala hal yang positif adalah kewajiban. Aku akan bersemangat dalam segala hal utamanya dalam hal berikut:
-          Menuntut ilmu syar’i.
Tiada bekal yang lebih penting daripada ilmu. Beramal pun kita dianjurkan untuk mengetahui ilmunya. Berilmu dulu sebelum beramal. Maka indikator dalam menuntut ilmu syar’i ini adalah dengan setiap hari tiada hari tanpa ilmu. Mendengarkan kajian islami minimal satu kajian dalam satu hari. Belajar satu ilmu parenting setiap hari. Minimal dalam satu bulan mengikuti dua kajian. Minimal tiga bulan sekali mengikuti workshop atau pelatihan pengembangan diri atau parenting. Mengikuti dengan sungguh-sungguh kelas matrikulasi di Institut Ibu Profesional dan kelas Halaqoh Silsilah Islamiyah Abdullah Roy dan tidak pernah terlambat untuk menyelesaikan setiap tugasnya.
-          Mengurus keluarga.
Terbiasa hidup dengan pembantu membuatku jarang melakukan hal-hal domestik. Maka indikator berikutnya adalah tentang mengurus hal-hal domestik dalam keluarga. Mencuci dan menyetrika sedikit demi sedikit. Kemudian belajar praktik resep baru satu minggu sekali.
2.      Sebagai seorang individu dan seorang istri menjadi humoris adalah kebutuhan untuk bisa memanajemen emosi.
3.      Kelak jika aku menjadi ibu maka aku ingin anakku bisa hafidz al Quran sebelum usia 8 tahun. Maka dari bayi aku akan langsung mengenalkannya dengan Al-Quran. Baik lewat murotal surat dari audio speaker al quran atau dengan aku yang mentalaqqinya sendiri. 

Demikianlah tiga indikator profesionalisme perempuan versiku. Bismillah semoga istiqomah.

  • Share:

You Might Also Like

2 komentar

  1. Aaamiin.
    Smoga yg menjadi Hajat, bisa jadi Qobul.

    BalasHapus
  2. Keren mba lala.. Ditunggu kirimaan selanjutngaa....

    BalasHapus