Entah mengapa setiap mulai mengajar ada perasaan berat yang singgah.
Aku tak tahu pastinya mengapa hati ini berat.
Seringkali berpikir untuk resign karena hati semakin tak bergairah ketika bekerja. Ada rasa berat.
Setelah aku analisis, mengapa aku begini?
Aku suka dengan dunia anak-anak
Aku suka mengajarkan mereka belajar Al-Quran dan menghafal Al-Quran
Aku suka berinteraksi dengan anak-anak
Lantas apa yang membuat langkah ini berat?
Ternyata faktor rekan kerja yang membuat diri ini berat.
Setelah seminggu libur di awal ramadhan, hati ini masih berat untuk berangkat bekerja.
Namun, pikiranku aku coba untuk fokus hanya untuk anak-anak. Fokus bekerja untuk anak-anak bukan untuk rekan kerja
Alhamdulillah sedikit lega di hari pertama.
Aku tak tahu pastinya mengapa hati ini berat.
Seringkali berpikir untuk resign karena hati semakin tak bergairah ketika bekerja. Ada rasa berat.
Setelah aku analisis, mengapa aku begini?
Aku suka dengan dunia anak-anak
Aku suka mengajarkan mereka belajar Al-Quran dan menghafal Al-Quran
Aku suka berinteraksi dengan anak-anak
Lantas apa yang membuat langkah ini berat?
Ternyata faktor rekan kerja yang membuat diri ini berat.
Setelah seminggu libur di awal ramadhan, hati ini masih berat untuk berangkat bekerja.
Namun, pikiranku aku coba untuk fokus hanya untuk anak-anak. Fokus bekerja untuk anak-anak bukan untuk rekan kerja
Alhamdulillah sedikit lega di hari pertama.
Setelah mencoba keluar dari distraksi sosial media memang alhamdulillah hati menjadi lega.
Banyak waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan lainnya yakni membaca, menulis hingga membaca dan menghafal Al-Quran
Hari ketiga Ramadhan aku berkutat dengan panjangnya antrian di puskesmas. Hari Rabu aku mengantri di Poli Kesehatan Ibu dan Anak untuk memeriksakan apakah aku memang benar-benar hamil.
Setelah mengambil nomor pada pukul 7 pagi namun baru selesai selepas pukul 11 siang. Melelahkan memang dan hasilnya Alhamdulillah positif hasilnya.
Biasanya waktu menunggu itu aku isi dengan scrolling sosial media, akhirnya aku ganti dengan membaca buku.
Alhamdulillah hampir satu buku selesai sembari menunggu antrian tersebut.
Banyak waktu yang bisa digunakan untuk kegiatan lainnya yakni membaca, menulis hingga membaca dan menghafal Al-Quran
Hari ketiga Ramadhan aku berkutat dengan panjangnya antrian di puskesmas. Hari Rabu aku mengantri di Poli Kesehatan Ibu dan Anak untuk memeriksakan apakah aku memang benar-benar hamil.
Setelah mengambil nomor pada pukul 7 pagi namun baru selesai selepas pukul 11 siang. Melelahkan memang dan hasilnya Alhamdulillah positif hasilnya.
Biasanya waktu menunggu itu aku isi dengan scrolling sosial media, akhirnya aku ganti dengan membaca buku.
Alhamdulillah hampir satu buku selesai sembari menunggu antrian tersebut.
Seberapa lamakah kita kalau sudah nongkrong di depan sosial media?
Seringnya tak terasa berjam-jam habis cuma untuk scroll feed sosial media saja. Dan akhirnya merasa waktu yang berharga menjadi sia-sia.
Apakah kamu pernah merasakan itu?
Aku pernah! Sepertinya ini sudah menjadi candu. Tangan gatal apabila tidak membuka media sosial barang sejenak.
Ada banyak sekali cerita memukau di feed instagram yang membuat akhirnya down dan malah jadinya membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain.
Padahal setiap orang memiliki waktunya masing-masing.
Niatnya awal Ramadhan itu pengen
Less Gadget
Baca Buku Lebih Banyak
Menghafal Al Quran lebih banyak
Namun, ketika hari pertama masih saja buka instagram, kemudian di Hari Ketiga sempat kesiangan karena malamnya buka instagram. Sepertinya memang harus uninstall instagram. Akhirnya saat itu juga aku menguninstall instagram.
Alhamdulillah setelah beberapa hari off dari sosial media hati rasanya tenang.
Seringnya tak terasa berjam-jam habis cuma untuk scroll feed sosial media saja. Dan akhirnya merasa waktu yang berharga menjadi sia-sia.
Apakah kamu pernah merasakan itu?
Aku pernah! Sepertinya ini sudah menjadi candu. Tangan gatal apabila tidak membuka media sosial barang sejenak.
Ada banyak sekali cerita memukau di feed instagram yang membuat akhirnya down dan malah jadinya membandingkan diri sendiri dengan kehidupan orang lain.
Padahal setiap orang memiliki waktunya masing-masing.
Niatnya awal Ramadhan itu pengen
Less Gadget
Baca Buku Lebih Banyak
Menghafal Al Quran lebih banyak
Namun, ketika hari pertama masih saja buka instagram, kemudian di Hari Ketiga sempat kesiangan karena malamnya buka instagram. Sepertinya memang harus uninstall instagram. Akhirnya saat itu juga aku menguninstall instagram.
Alhamdulillah setelah beberapa hari off dari sosial media hati rasanya tenang.
Salah satu PR ku adalah mencoba untuk tidak terlalu overthinking.
Soalnya ketika sudah memikirkan suatu hal pasti aku akan berpikir terus menerus yang efeknya berimbas pada kesehatanku.
Belajar dari kegagalan kehamilan kemarin, maka banyak saran untuk tidak memikirkan sebuah permasalahan terlalu dalam. Kata orang dibawa santai aja. Dibawa selow.Tapi itu memang proses ya agar bisa berpikir selow.
Ketika habis tarawih untuk menghilangkan kantuk aku melirik HP sejenak. Tak sengaja aku membaca percakapan ibu dan salah seorang karyawan yang bekerja di tempatku. Ada nada tak mengenakkan disitu dan cenderung menjelekkan suamiku. Aku segera menutup HP itu dan menarik nafas.
Berkata pada pikiran, "Sudah biarkan jangan dipikirkan."
Memang tak langsung hilang begitu saja, kemudian aku coba untuk membaca Al-Quran dan setelah membaca Al-Quran aku tertidur.
Alhamdulillah bisa mandiri dari overthinking
Soalnya ketika sudah memikirkan suatu hal pasti aku akan berpikir terus menerus yang efeknya berimbas pada kesehatanku.
Belajar dari kegagalan kehamilan kemarin, maka banyak saran untuk tidak memikirkan sebuah permasalahan terlalu dalam. Kata orang dibawa santai aja. Dibawa selow.Tapi itu memang proses ya agar bisa berpikir selow.
Ketika habis tarawih untuk menghilangkan kantuk aku melirik HP sejenak. Tak sengaja aku membaca percakapan ibu dan salah seorang karyawan yang bekerja di tempatku. Ada nada tak mengenakkan disitu dan cenderung menjelekkan suamiku. Aku segera menutup HP itu dan menarik nafas.
Berkata pada pikiran, "Sudah biarkan jangan dipikirkan."
Memang tak langsung hilang begitu saja, kemudian aku coba untuk membaca Al-Quran dan setelah membaca Al-Quran aku tertidur.
Alhamdulillah bisa mandiri dari overthinking
Setelah mencoba tes kehamilan sendiri, maka agar hati makin teryakinkan maka pergilah aku dan suami ke puskesmas untuk cek langsung.
Aku dan suami berangkat pada hari ketiga Ramadhan. Aku masih ingat apa saja yang akan aku jalani nanti ketika pemeriksaan kehamilan ini.
Ya, aku akan berhubungan dengan jarum lagi. Ada rasa ngeri menghantuiku.
Tapi aku kembali dibawa bernostalgia dengan rasa sakit yang pernah kualami beberapa bulan lalu ketika kiret.
"Dear diriku, kau sudah pernah merasakan yang jauh lebih nikmat dibanding jarum suntik yang sejenak mampir. Lihatlah semua itu telah berlalu. Memang seperti inilah fitrah seorang perempuan. Kamu harus berani."
Maka bismillah aku berangkat ke puskesmas.
Dengan antrian yang panjang, aku merasa santai sembari membaca buku sang teman sejati untuk melewati waktu kejenuhan dalam menunggu.
Setelah aku diperiksa dan ditimbang di poli KIA, aku diminta menuju laborat untuk tes Hb dan Hbs Ag.
Deg-degan sebenarnya namun tetap bismillah saja. Allah yang akan memberi kekuatan.
Semenjak menikah entah mengapa rumah sakit menjadi hal yang akrab bagiku. Aku yang takut diinfus setelah menikah sudah mengalami diinfus dua kali. Bahkan merasakan nikmatnya kiret tanpa bius total. Maka dalam hati aku ingin sekali bisa mandiri lepas dari rasa takut terhadap sakit.
Masuklah aku di laborat untuk diambil darahnya. Aku mencoba mengalihkan pandanganku dari jarum yang akan menusuk kulitku. Ku coba untuk mengalihkan pikiranku. Seingat aku terlintas akan bacaan yang pernah aku baca bahwa aku harus fokus pada nafasku.
Kemudian petugas laborat memerintah untuh menahan sakit sebentar dan tahan nafas. Aku pun mencoba fokus pada nafasku dibanding fokus pada rasa sakit. Alhamdulillah meski terasa sakit sebentar, aku merasa jauh lebih bisa menguasai ketakutanku akan rasa sakit.
Aku dan suami berangkat pada hari ketiga Ramadhan. Aku masih ingat apa saja yang akan aku jalani nanti ketika pemeriksaan kehamilan ini.
Ya, aku akan berhubungan dengan jarum lagi. Ada rasa ngeri menghantuiku.
Tapi aku kembali dibawa bernostalgia dengan rasa sakit yang pernah kualami beberapa bulan lalu ketika kiret.
"Dear diriku, kau sudah pernah merasakan yang jauh lebih nikmat dibanding jarum suntik yang sejenak mampir. Lihatlah semua itu telah berlalu. Memang seperti inilah fitrah seorang perempuan. Kamu harus berani."
Maka bismillah aku berangkat ke puskesmas.
Dengan antrian yang panjang, aku merasa santai sembari membaca buku sang teman sejati untuk melewati waktu kejenuhan dalam menunggu.
Setelah aku diperiksa dan ditimbang di poli KIA, aku diminta menuju laborat untuk tes Hb dan Hbs Ag.
Deg-degan sebenarnya namun tetap bismillah saja. Allah yang akan memberi kekuatan.
Semenjak menikah entah mengapa rumah sakit menjadi hal yang akrab bagiku. Aku yang takut diinfus setelah menikah sudah mengalami diinfus dua kali. Bahkan merasakan nikmatnya kiret tanpa bius total. Maka dalam hati aku ingin sekali bisa mandiri lepas dari rasa takut terhadap sakit.
Masuklah aku di laborat untuk diambil darahnya. Aku mencoba mengalihkan pandanganku dari jarum yang akan menusuk kulitku. Ku coba untuk mengalihkan pikiranku. Seingat aku terlintas akan bacaan yang pernah aku baca bahwa aku harus fokus pada nafasku.
Kemudian petugas laborat memerintah untuh menahan sakit sebentar dan tahan nafas. Aku pun mencoba fokus pada nafasku dibanding fokus pada rasa sakit. Alhamdulillah meski terasa sakit sebentar, aku merasa jauh lebih bisa menguasai ketakutanku akan rasa sakit.
Alhamdulillah masih bertemu dengan ramadhan tahun ini.
Alhamdulillah Ramadhan ini sudah tak single lagi, ada suami yang mendampingi.
Alhamdulillah tak hanya tamu bulan Ramadhan yang datang namun tamu sang buah hati pun ikut datang.
Setelah proses kehamilan pertama yang memang belum rezeki. Janin tidak berkembang dan terpaksa harus dikiret. Maka kehamilan kedua ini yang datang tanpa disangka-sangka ini menjadi perhatian penuh. Baik dari suami maupun orang tua. Terlebih terkait makanan. Harus lebih hati-hati lagi.
Kalau dulu saat hamil pertama memang makannya masih serampangan. Masih sering jajannya. Namanya juga jajanan di luar, kita gak tau prosesnya dan seringkali dekat dengan bahan-bahan yang tak berfaedah bagi tubuh. Maka di kehamilan sekarang, faktor gizi dan makanan sangat diperhatikan.
Biasanya bulan ramadhan seperti ini kalau sore-sore tak afdhol kalau tak jajan. Berhubung mengurangi resiko yang menghadang di kemudian hari. Maka selama 4 hari berpuasa, 4 hari juga tidak jajan di luar. Demi janin dan tubuh ibu yang sehat.
Semoga bisa istiqomah mandiri dari makanan yang tak berfaedah bagi tubuh.
Alhamdulillah Ramadhan ini sudah tak single lagi, ada suami yang mendampingi.
Alhamdulillah tak hanya tamu bulan Ramadhan yang datang namun tamu sang buah hati pun ikut datang.
Setelah proses kehamilan pertama yang memang belum rezeki. Janin tidak berkembang dan terpaksa harus dikiret. Maka kehamilan kedua ini yang datang tanpa disangka-sangka ini menjadi perhatian penuh. Baik dari suami maupun orang tua. Terlebih terkait makanan. Harus lebih hati-hati lagi.
Kalau dulu saat hamil pertama memang makannya masih serampangan. Masih sering jajannya. Namanya juga jajanan di luar, kita gak tau prosesnya dan seringkali dekat dengan bahan-bahan yang tak berfaedah bagi tubuh. Maka di kehamilan sekarang, faktor gizi dan makanan sangat diperhatikan.
Biasanya bulan ramadhan seperti ini kalau sore-sore tak afdhol kalau tak jajan. Berhubung mengurangi resiko yang menghadang di kemudian hari. Maka selama 4 hari berpuasa, 4 hari juga tidak jajan di luar. Demi janin dan tubuh ibu yang sehat.
Semoga bisa istiqomah mandiri dari makanan yang tak berfaedah bagi tubuh.
Hari Sabtu, 4 Mei 2019 kemarin menjadi puncak-puncaknya kesibukan selama berkarir di TKIT Ibnu Hajar Al-Asqolani. Setelah sebelumnya diberondong dengan kegiatan tadabbur alam yang juga menguras waktu, tenaga dan pikiran. Hingga akhirnya hari ini bisa memulai mengerjakan tugas dari kuliah bunda sayang kembali.
Pada saat perpisahan pun aku berperforma menjadi pembawa acara. Rasanya luar biasa.
Selesai acara yakni selepas dhuhur acara masih berlangsung karena molornya acara. Lapar pun sudah mendera. Akhirnya setelah sholat dhuhur aku dan teman-teman lain bisa makan.
Setelah makan, ada ajakan makan lagi ternyata. Dan makan mie ayam
Wah mie ayam
Kesukaanku :D namun sayang aku ingat, aku sedang mulai mengandung. aku juga harus mengurangi makanan yang terbuat dari tepung. Seperti anjuran eating clean.
Maka akhirnya aku say good bye pada mie ayam.
Maafkan aku mie ayam
Demi kemandirian tubuh dari makanan tak berfaedah maka aku tak mendatangimu.
Pada saat perpisahan pun aku berperforma menjadi pembawa acara. Rasanya luar biasa.
Selesai acara yakni selepas dhuhur acara masih berlangsung karena molornya acara. Lapar pun sudah mendera. Akhirnya setelah sholat dhuhur aku dan teman-teman lain bisa makan.
Setelah makan, ada ajakan makan lagi ternyata. Dan makan mie ayam
Wah mie ayam
Kesukaanku :D namun sayang aku ingat, aku sedang mulai mengandung. aku juga harus mengurangi makanan yang terbuat dari tepung. Seperti anjuran eating clean.
Maka akhirnya aku say good bye pada mie ayam.
Maafkan aku mie ayam
Demi kemandirian tubuh dari makanan tak berfaedah maka aku tak mendatangimu.