Beredarnya Berita Hoaks Kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 dan Rendahnya Literasi Digital di Indonesia

By Nabila Ghaida Zia - Januari 11, 2021



Dua malam terakhir ini malamku terbayang-bayang dengan kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 yang telah meninggalkan luka tak hanya bagi keluarga korban, tapi juga bagi negeri tercinta ini. 

Terbayang rasanya bila menjadi keluarga korban, rasanya menjadi korban yang ada di pesawat itu sendiri. Bayangkan rangkai pesawatnya saja hancur bak robekan kertas, lantas bagaimana dengan para korban itu sendiri.

Kejadian kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 ini mengingatkan bahwa maut hanyalah tentang giliran. Setiap yang berjiwa tentu akan merasakan yang namanya kematian, itu janji pasti dari Allah. 

Kejadian kecelakaan Sriwijaya Air SJ 182 yang jatuh pada tanggal 9 Januari 2021 lalu juga meramaikan jagad dunia sosial media, baik Facebook, Instagram, hingga TikTok pun ramai dengan konten berita Sriwijaya Air SJ 182. 

Konten yang dibuat ada yang berupa berita, video story korban sebelum kecelakaan, profil-profil kecelakaan, instagram korban yang statusnya menjadi mengenang, dan banyak konten lainnya. 

Konten yang diunggah tentu membuat masyarakat menjadi update tentang info terkini dari kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182, hanya saja sangat disayangkan sekali tidak semua konten yang diunggah adalah benar. 

Ada beberapa konten yang diunggah ternyata merupakan berita hoaks, hingga banyak komentar yang muncul dari para netizen seperti ini:

"Jangan nyebarin berita hoaks karena hanya ingin mencari viewers." 
Sungguh sebuah hal yang miris, bukan bila ada berita hoaks seperti ini. Misalnya salah satu berita  hoaks yang sudah dipastikan ketidakbenarannya adalah beredarnya foto bayi yang katanya diklaim sebagai korban Sriwijaya Air SJ 182 yang selamat. 

Coba, posisikan kita sebagai orang tua dari korban Sriwijaya Air SJ 182, tentunya bila mendengar kabar ini akan ada harapan, bukan? Tapi bagaimana rasanya jika harapan itu ternyata harapan palsu? Bukankah kita tak suka bila diberikan harapan palsu, apalagi ini terkait info hidup dan mati. 

Jangan sampai konten yang kita unggah ke sosial media menimbulkan keresahan bagi banyak orang. Itu bisa jadi dosa jariah loh. Bukankah yang kita inginkan adalah amal jariah yang kebaikannya akan mengalir setelah kita meninggal nanti. 

Hal tentang penyebaran berita hoaks selalu saja muncul setiap kali ada kecelakaan atau musibah yang melanda negeri ini. Sebenarnya apa gerangan yang terjadi dalam masyarakat kita? Ini menjadi PR besar bagi kita bahwa literasi digital harus benar-benar ditanamkan dan diamalkan pada masyarakat kita.

Masyarakat kita perlu dilatih untuk saring dulu sebelum sharing agar kejadian beredarnya berita hoaks tidak terulang kembali yang justru semakin menyakitkan para keluarga korban. 

Ragam Berita Hoaks Pesawat Sriwijaya Air SJ 182

Aku memang lebih update info tentang kecelakaan pesawat Sriwijaya Air ini di TikTok. Bagian fyp (for your page) semuanya adalah konten tentang kejadian pesawat Sriwijaya Air SJ 182. Miris saja, ada beberapa konten yang dibuat hanya untuk mendapatkan view banyak. 

Mau tahu berita hoaks apa saja yang aku temukan di TikTok dalam dua hari terakhir ini?

1. Berita Penemuan Barang Korban di Dasar Laut

Ada konten video yang menunjukkan penemuan barang penumpang pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di dasar laut. Konten tersebut menggembarkan penyelam yang menemukan HP Iphone di dasar laut.

Faktanya ternyata itu adalah konten seorang Youtuber yang biasa menyelam dan membuat konten penemuan barang para wisatawan di dasar laut. 

2. Video Korban Selamat dari Pesawat dan Tidak Bisa Keluar

Baru saja aku melihat akun TikTok dengan konten yang menggambarkan suasana bawah laut dan terperangkap di antara serpihan puing-puing pesawat. Dalam kontennya tersebut, ia menuliskan kata-kata seperti ini:

"Akhirnya, aku selamat dari pesawat Sriwijaya. Makasih ya semuanya udah doain aku, tapi aku enggak tau cara keluar."

3. Video yang Mendengarkan Suara Aneh dari Bawah Laut

Ada juga yang mengunggah video dengan penjelasan narasi dari seorang narasumber yang menceritakan bahwa ada suara aneh ketika kantong jenazah akan diangkat dari bawah laut, berupa teriakan manusia. 

Faktanya ternyata itu bukanlah dari kejadian Sriwijaya Air SJ 182. 

4. Berita Seorang Bayi Perempuan Selamat

Nah, ini cukup meresahkan sebenarnya, karena menimbulkan harapan palsu. Ada berita foto yang beredar seorang bayi perempuan mengenakan pelampung selamat. 

Faktanya ternyata bayi perempuan yang selamat tersebut adalah bayi yang selamat dari kecelakaan pesawat Lion Air JT 610.

5. Video Isi Percakapan WhatsApp dengan Korban

Ramai juga di jagad dunia TikTok konten berupa video yang menampilkan isi percapakapn WhatsApp dengan seorang korban. Ganjilnya adalah waktu percakapannya berbeda dengan waktu keberangkatan.

Hal ini tentu mengundang reaksi dari para netizen bahwa video tersebut sengaja dibuat untuk meningkatkan jumlah viewers saja. 

Maraknya Berita Hoaks Pesawat Sriwijaya Bukti Rendahnya Literasi Digital atau Empati Kita?

Sebenarnya apa sih yang dibanggakan ketika kita mengunggah konten hoaks di sosial media. Bagi aku yang memiliki nilai diri untuk menebar kebermanfaatan, maka menyebar konten hoaks adalah larangan haram bagiku. Namun, kenyataannya bagi sebagian orang tentu tidak.

Seharusnya ketika ada sebuah musibah besar yang terjadi, maka kita harusnya memberikan dukungan bagi keluarga korban meski kita tidak kenal. Posisikan kita sebagai keluarga korban yang sedang linglung, kalut, sedih luar biasa karena kehilangan sanak saudara, malah kita asyik mendapatkan keuntungan dari berita hoaks yang dibuat.

Menurut seorang akademisi yang juga seorang jurnalis bernama Leo Prima menerangkan bahwa ada tiga alasan mengapa seseorang menciptakan berita hoaks.

Pertama, alasannya adalah memang dari si pembuat hoaks memiliki tujuan jahat untuk meresahkan masyarakat.

Kedua, alasannya adalah karena si pembuat berita hoaks butuh untuk memunculkan eksistensi dirinya. Wajar memang sebagai seorang manusia butuh pengakuan, tapi tidak benar jika caranya adalah dengan menyebarkan berita hoaks. 

Ketiga, alasan yang menjadi pokok permasalahan selama ini yakni rendahnya minat baca. Rendahnya minat baca masyarakat kita membuat mudah termakan berita hoaks hingga menyebarkannya. 

Sehingga, bisa kita temukan jawabannya bahwa sebenarnya yang jadi masalah utama dari penyebaran berita hoaks adalah masih rendahnya literasi khususnya literasi digital di masyarakat kita.

Kalau berbicara empati, Indonesia sungguh punya rasa empati yang tinggi. Bisa merasakan penderitaan yang dialami oleh orang yang bahkan jauh jangkauannya. Indonesia bahkan dinobatkan menjadi negara paling dermawan pada tahun 2018 oleh Charities Aid Foundation (CAF). 

Pentingnya Literasi Digital sebagai Kecakapan Hidup yang Perlu Dikuasai

Apa sih yang kamu ketahui tentang literasi digital? Merujuk pada penjelasan dari seorang penulis buku Digital Literacy (1997) menjelaskan bahwa literasi digital adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan menggunakan informasi dalam berbagai bentuk dari sumber yang luas dan diakses melalui peranti komputer. 

Bertambahnya tahun, terdapat penjelasan yang baru dijelaskan oleh Douglas A.J Belshaw dalam tesisnya yang berjudul What is 'Digital Literacy'? (2011). Douglas dalam tesisnya menyebutkan bahwa ada delapan elemen penting yang diperlukan untuk mengembangkan literasi digital. Apa sajakah itu?

  1. Kultural, pemahaman tentang ragam konteks pengguna dunia digital.
  2. Kognitif, daya pikir yang digunakan dalam menilai sebuah konten.
  3. Konstruktif, reka ahli dalam menciptakan sesuatu yang ahli dan aktual.
  4. Komunikatif, memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital.
  5. Kepercayaan diri yang bertanggung jawab. 
  6. Kreatif, memecahkan masalah dengan melakukan hal baru.
  7. Kritis dalam menyikapi arus konten yang masuk.
  8. Bertanggung jawab secara sosial. 
Kalau dilihat lebih jauh maka delapan elemen penting tersebut termasuk komponen yang diperlukan dalam kecakapan hidup. 

Penjelasan dari Douglas juga senada dengan konsep literasi digital yang digaungkan oleh UNESCO bahwa literasi digital tidak terbatas hanya pada menulis, membaca, dan kegiatan matematika yang berkaitan dengan pendidikan. 

Namun, literasi digital juga merupakan kecakapan hidup yang tidak hanya melibatkan kemampuan menggunakan peranti teknologi, informasi, dan komunikasi, tetapi juga kemampuan bersosialisasi, berpikir kritis, memiliki sikap, kreatif, inspiratif, dan punya kompetensi digital.

Nah, kira-kira para pelaku penyebar berita hoaks sudah mengasah kemampuan literasi digital mereka sebagai kecakapan hidup belum ya? Sepertinya belum. 

Fakta Minat Baca di Indonesia, Benarkah Minat Baca di Indonesia Rendah?

Menurut data yang dilansir dari Kominfo menyebutkan bahwa berdasarkan data dari UNESCO, Indonesia menduduki dua peringkat terbawah dalam hal literasi yang artinya minat bacanya sangat rendah. 

Bila ditulis dalam angka , maka minat baca masyarakat Indonesia hanya 0.001 %. Artinya adalah 1000 orang Indonesia cuma satu orang yang rajin membaca. 

Hal yang mengejutkan adalah menurut lembaga riset digital marketing Emarketer memprediksi pada tahun 2018 penduduk Indonesia memiliki gadget smartphone aktif lebih dari 100 juta orang, bahkan kadang satu orang memiliki lebih dari satu buah gadget. Kalau diperingkat Indonesia menduduki peringkat kelima negara yang memiliki banyak gadget. 

Faktanya gadget  memang lebih menarik dibandingkan buku. Hal ini dibuktikan dengan data dari we are social per Januari 2017 mengungkapkan bahwa rata-rata durasi screen time orang Indonesia kurang lebih 9 jam per hari. 

Kalau demikian memang bisa dikatakan bahwa minat baca di Indonesia masih rendah. Solusi untuk menyeimbangkannya adalah pemerintah atau pihak lainnya yang menyediakan konten hendaknya untuk selalu membagikan konten yang bermanfaat agar masyarakat Indonesia tidak termakan berita hoaks.  

Langkah Kecilku Menyebarkan Virus Cinta Membaca di Desaku

Ketika lulus kuliah pada tahun 2017, aku memutuskan untuk kembali ke desa. Aku merasa jet lag dari kota ke desa. Di kota banyak sekali sarana pengembangan diri dan fasilitas memadai seperti perpustakaan. 

Sayangnya ketika pulang ke desa, aku sangat susah menemukan sarana dan fasilitas pengembangan diri seperti perpustakaan. Kemudian suatu hari temanku datang ke rumah untuk meminjam buku.

"Gimana kalau kita buat perpustakaan di desa." celetukku asal.

Ternyata temanku menyambut ideku. Ia merasa satu pemikiran denganku. Analisisku adalah bahwa selama ini minat baca di Indonesia bisa saja rendah karena kurangnya tersedia sarana perpustakaan dan buku-buku yang berkualitas terutama di pedesaan.

Alhamdulillah aku dan temanku bisa membentuk komunitas literasi dan mendirikan perpustakaan desa. Apa yang kami lakukan diapresiasi oleh perangkat kecamatan dan dapat bantuan buku juga dari perpustakaan daerah Banjarnegara. 

Itulah langkah kecil yang pernah aku lakukan dalam rangka menyebarkan virus cinta baca di desaku. 


Tiga Langkah Sederhana Memulai Literasi Digital dari Keluarga 

Big Wins Come From Small Wins
Itulah pesan dari seorang mentorku. Keberhasilan besar bermula dari keberhasilan kecil yang terus-menerus. 
Untuk bisa meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia  khususnya dalam literasi digital memang bukan hanya tugas pemerintah saja. Kita sebagai individu bisa memulainya cukup dari keluarga kita dan lingkungan terdekat kita.
Apa yang bisa kita lakukan? Ada tiga ide dariku yang bisa kamu terapkan juga di keluarga.

1. Saring Sebelum Sharing 

Ajak anggota keluarga untuk menyaring info apa pun yang masuk ke smartphone atau sosial medianya sebelum disebarkan ke orang lain. Jangan sampai menyebarkan berita atau info yang tidak baik bahkan menyesatkan.

2. Berlatih Membedakan Fakta dan Opini

Nah, ini yang penting untuk dilatih pada anggota keluarga kita. Ajarkan mereka untuk membedakan mana fakta dan mana opini agar tidak bias dalam memahami sebuah info yang ada di sosial media.

3. Mengajarkan Bersosial Media Untuk Kebermanfaatan

Hal ini juga penting bahwa sosial media adalah sarana kita untuk menjadi orang bermanfaat bagi sebanyak orang. Bukan sebagai sarana mencari popularitas semata sehingga melakukan berbagai macam cara untuk bisa populer termasuk menyebarkan berita hoaks.

Hal ini juga dilakukan oleh seorang blogger inspiratif bernama teh gemaulani, tulisannya yang ada di blog maupun konten di sosial medianya sangat bermanfaat. 

Kesimpulan

Sampai kapan kita akan terus disuguhkan dengan berita atau info hoaks bahkan saat musibah menyedihkan seperti kejadian pesawat Sriwijaya Air SJ 182 ini. 

Mari kita ubah mindset kita dalam menggunakan sosial media, gunakanlah sosial media untuk menyebarluaskan kebermanfaatan secara luas. Bukan menebarkan keresahan. Selamat mengasah kepekaanmu dalam literasi digital.

Selamat bertumbuh! 

  • Share:

You Might Also Like

40 komentar

  1. Masyarakat internet di Indonesia sebenarnya giat membaca kok. Apalagi dengan ada medsos. Giat sekali melihat dan membaca konten. Sampai berjam-jam.

    Tantangannya hanya kita membutuhkan konten-konten yang berkualitas. Bukan informasi palsu, informasi salah, atau bahkan berita bohong. Ini tugas kita juga sebagai konten kreator, harus punya tanggung jawab sebagai pemberi informasi yang berkualitas dan kredibel.

    BalasHapus
  2. Ngikutin berita ini mirisnya luar biasa, segalanya jadi headline berita. Selain keliatan rendahnya literasi digital kita, ini emang jadi bukti kalau empati kian menipis juga

    BalasHapus
  3. Wah miris ya mbak jika ada berita tentang kecelakaan tapi malah ada berita-berita hoax seputar peristiwa tersebut. Makanya kita perlu meningkatkan kemampuan literasi digital supaya tidak mudah termakan berita hoax.

    BalasHapus
  4. Bukan cuma soal hoaksnya yg jadi perhatianku. Lebih2 soal kepantasan, juga. Banyak yg berlomba sebar berita, kadang lupa menaruh sedikit saja peduli pada perasaan keluarga korban andai post tsb terbaca mereka

    BalasHapus
  5. Memang benar” harus bijak dalam bersosial media. Saring lalu sharing dan jangan mudah percaya dengan konten” yg sedang viral begitu saja. Smoga masyarakat Indonesia semakin bijaksana, agar tak semakin banyak konten hoax yg merajalela dan tersebar luas di dunia maya.

    BalasHapus
  6. iya ya mbak, sedih banget
    saat musibah gini kok ya tega orang buat konten hoax demi meningkatkan viewer saja...memang di era digital spt ini sangat penting punya kecerdasan digital.

    BalasHapus
  7. Jangankan berita di internet, tulisan di depan pintu aja kayaknya jarang ada yang mau baca sampai abis .misal "Dorong" dan "Tarik" . Yang dorong malah ditarik begitu pula sebaliknya. Pengumuman sederhana semacam "Tutup pukul 16.00" masih aja ditanya "sudah tutup ya?"
    Mungkin ini juga ada hubungannya dengan budaya tidak gampang menyerah jika ada maksud tertentu. Heyeye.. terlepas dari itu memang minat baca bangsa kita masih rendah. Makanya para blogger nih, yuk buat tulisan yang enak agar makin banyak orang yang betah baca sampai abis.

    BalasHapus
  8. Action speaks louder than words. Salut sama Mbak Nabila yang mau membantu meningkatkan minat baca di lingkungan sekitar dengan membuat perpustakaan desa. Dengan adanya komunitas literasi di sana bisa dimanfaatkan juga untuk mengedukasi masyarakat tentang literasi digital supaya nggak mudah termakan hoax.

    BalasHapus
  9. Saya baru tau ada hoaks2 gitu dari tulisan kaka ini. Saya setuju sekali, sudah seharusnya kita saring dulu sebelum sharing.

    BalasHapus
  10. Setuju sekali dengan tulisannya, mbak. Semoga jadi salah satu pembuka mata untuk mereka yang rajin menjelajah dunia maya. Semakin banyak postingan blogger yang positif seperti ini sedikit demi sedikit akan mengubah mindset masyarakat Indonesia yang sedang belajar untuk berliterasi digital.

    BalasHapus
  11. Seneng deh baca artikel ini, lengkaap dari berita yang terhangat sampai impian yang terwujud. Membiasakan diri untuk bisa membaca dan memahami isi dari apa yang kita baca memang bukan hal mudah. Dan memang butuh keinginan serta kebutuhan besar untuk bisa melakukannya...

    BalasHapus
  12. Betul banget, HOAKS adalah bukti bahwa literasi digital di Indon masih rendah. Miris juga kemarin2 liat beberapa content HOAKS ttg Sriwijaya air justru viral

    BalasHapus
  13. Akhirnya ada yang menyuarakan ini. Btw, aku setuju banget mbak. Apalagi kemarin di platform video pendek (t*kt*k) banyak banget bertebaran video yang menyalahgunakan terkait pesawat Sriwijaya. Menurutku, kasihan aja sih kalau sampai beritanya yg hoax itu malah dipercaya orang. Nah, dari artikel mba ini, semoga bisa menyadarkan mereka yaa

    BalasHapus
  14. Seperti biasa dan kebiasaan sebagian orang Indonesia yang mudah menyebarkan informasi terkait kasus2 tertentu. Semoga lewat artikel ini banyak yg sadar untuk lebih hati2 dengan jari2nya ya

    BalasHapus
  15. Masyaa Allah, setuju dengan tulisannya.. betul banget, kita harus pintar2 menyaring berita yg belum jelas kebenarannya

    BalasHapus
  16. Betul banget kak.. Setuju dengan tulisanya. .. Sebagai manusia beriman tentu kita ingin menyebarkan kebaikan dan juga kebenaran karena kita umat Rasulullah. . Jadi ketika zaman telah semakin berubah semakin banyak yang ingin popularitas tentu kita juga harus berperan untuk meluruskan apa apa yang masih belum lurus. .

    BalasHapus
  17. Darurat literasi dan empati sangat terasa ya ketika ada bencana seperti ini. Semoga artikel ini bisa menyentil kita semua shg bisa membedakan mana yg pantas disebarkan dan dipercaya.

    BalasHapus
  18. Wah, bener banget banyak berita hoaks tentang pesawat. Saya lebih prefer untuk membaca ulasan pihak terkait penerbangan yang memang pakar atau mungkin seperti pilot misalnya Kapten Vincent atau pilot lain yang tentunya hanya berbicara atas dasar data yang kuat dan dianalisis sesuai kapasitasnya sebagai pilot. Tanpa judge karena memang proses masih terus berlangsung.

    BalasHapus
  19. Semakin banyak membaca maka kemampuan analisa seseorang akan bertambah. Berita yang banyak beredar di FB atau WA ataupun medsos yang lain akan dipilah dan dipilih. Apabila menemukan berita HOAX, STOP cukup sampai di kita. Perlu ada kesadaran untuk tidak sembarang menyebarkan berita. Mari mulai bijaksana dalam bermedsos. Say NO To HOAX.

    BalasHapus
  20. Aduhhh iya mbak aku gemes bgt liat berita bahkan komen2 netijen. Ini yang salah yang bikin artikel atau yang baca sih. Kok ya artikeln yang judulnya aneh2 dan byk menimbulkan spekulasi ngawur yang rame.

    Segitu rendahnya literasi digital di negara ini. Malah pda rame ngomongin ramalan dan sebagainya. Gemes bgt dah

    BalasHapus
  21. Innaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun..merupakan penggalan kalimat yang sangat pas ketika kita dihadapkan dengan suatu musibah.

    Musibah dalam artian yang memang sesungguhnya benar-benar dihadirkan oleh Allah SWT, maupun musibah dalam artian luluh lantaknya kejujuran sehingga masifnya hoaks yang hanya untuk kepentingan 'sesaat'..'sesat', yang pada era digital ini cenderung bertransformasi menjadi 'budaya'.

    Terlepas dari itu semua, kita harus pandai menempatkan diri sebagai insan yang cerdas literasi.

    Sependek pengamatan pribadi bahwa kebanyakan trend masyarakat saat ini memiliki MINAT membaca yang sangat tinggi, hal ini dapat dibuktikan dengan hampir sebagian besar waktu dihabiskan untuk membaca media sosial. Namun pada sisi lainnya yang sangat ironis sesungguhnya masyarakat pada umumnya memiliki DAYA baca yang sangat rendah, hal inipun terlihat bahwa tidaklah cukup kuat apabila membaca buku dengan ketebalan tertentu dengan memakan waktu yang relatif lama.

    Allahu'alam

    BalasHapus
  22. Saya setuju dengan pendapat kakak, tidak seharusnya mereka memanfaatkan kecelakaan pesawat sriwijaya sebagai sarana popularitas tanpa memikirkan keluarga korban yang ditinggalkan

    BalasHapus
  23. Iya betul sekali, konten-konten terkait bencana saat ini dibuat untuk mendulang pengikut tanpa memikirkan perasaan korban yang ditinggalkan, empatinya sangat dipertanyakan...

    BalasHapus
  24. Gampang banget ya orang-orang ini menyebarkan berita hoaks. Menyedihkan sekali main share info tanpa tahu kebenarannya. Padahal sesuatu yang begitu bisa saja berakibat fatal bagi orang lain.

    BalasHapus
  25. Sebelum share cek dulu apakah sudah diberitakan di beberapa media mainstream yang kompeten ? Kemudian seberapa detil dan jelas berita itu apakah masih perkiraan atau dugaan atau saksi yang belum jelas sehingga validitas beritanya bisa dipertanggungjawabkan. Wallahu alam

    BalasHapus
  26. Sangat penting bagi kita, untuk bijak menggunakan media sosial.

    BalasHapus
  27. Sedih bacanya, apalagi ada yang gerak cepat bagikan story' dan foto dari IG korban untuk konten tiktok dll, asli jahat, miskin empati :(

    BalasHapus
  28. Aku yang bukan keluarga tidak tega rasanya melihat foto korban ( bila ada) apalagi keluarganya

    BalasHapus
  29. Saya baru tahu ada hoaks yg berkaitan dengan kecelakaan pesawat ini dari artikel Kakak. Selama ini saya ngikuti berita dari TV dan koran saja. Disayangkan yang bikin konten hoaks, sepertinya nggak ada empati utk korban dan keluarganya..:(

    BalasHapus
  30. Ironis ya Mba. Sejalan dengan teknologi yang semakin maju, tapi masih banyak orang yang mentalnya belum siap kemudian justru pemikirannya mengalami kemunduran.

    Too much information. Alhasil banyak yang bikin konten ngawur dan banyak yang ga bisa nyaring. Indonesia emang darurat banget literasi dan menangkap informasi.

    Bahkan di lingkungan keluarga sendiri pun sering banget kejadian nyebarin info hoax yang mereka sendiri gatau itu benar atau salah. Sad

    BalasHapus
  31. Parah memang yang Mba daya baca yang rendah masyarakat di negeri ini membuat semakin rancau berita di media sosial, dengan adanya informasi perihal pentingnya literasi digital semoga bisa membawa mereka makin melek membaca.

    BalasHapus
  32. MasyaAllah, mantap ini kak isi artikelnya tentang rendahnya literasi. Netizen harus semakin melek literasi karena kata-kata yg disampaikan secara lisan dan tulisan di dunia digital harus bener-bener disaring dulu. Jangan langsung baper.

    BalasHapus
  33. MasyaAllah bagus informasinya 😊 Betapa pentingnya literasi dan Pentingnya mencari informasi yang benar sebelum di share . Dan sebaiknya tidak asal share sebelum kita tau kebenarannya .

    BalasHapus
  34. Big Wins Come From Small Wins

    Kalimat ini jadi REMINDER banget mbak. Kita nggak perlu mulai dengan sesuatu yang muluk-muluk. Kadang yang remeh aja bisa bermanfaat buat yang lain. Sama halnya tentang literasi digital ya. Ketika yang lain menebar hoax atau gampang termakan berita kurang valid. Kita cukup gaungkan konten yang positif. Simple ya!

    BalasHapus
  35. Jatuhnya pesawat Sriwijaya Air ini malah menimbulkan banyak berita hoaks ya mba. Seharusnya kita tidak sembarangan menggugah video atau postingan yang berbau hoaks. Dampak buruknya tidak hanya untuk orang lain tetapi untuk diri sendiri juga.

    BalasHapus
  36. Duh... jahat sekali ya yg membuat konten hoaks, demi viewers dan viral tega melakukan hal tsbt

    BalasHapus
  37. Ini bener banget siih. Makannya kita sebagai pembaca harus bisa selektif membaca berita yang benar dan bukan hoaks.
    Semangat

    BalasHapus
  38. Empatinya memang makin banyak yang mati ya sekarang, kebanyakan makai jempol tanpa mikir. Sedih.. 😭😭😭.

    Btw, ide membuat perpustakaan desa keren sekali mbak. Aku dulu pernah pengen bikin rumah baca di rumah, namun ternyata aku nya kurang telaten sama anak2. Jadinya ya bukunya buat anak2 sendiri. Keren deh yang berhasil bikin rumah baca di rumah.

    BalasHapus