Kebijakan Hidup dari Seorang Ibu

By Nabila Ghaida Zia - November 05, 2019


Selepas lulus dari SMA aku benar-benar merasakan bagaimana hidup apalagi terpisah jauh dengan keluarga. Merantau di sebuah tempat yang asing. Namun hal itu memberikan pelajaran berharga dalam kuliah kehidupanku.

Selepas lulus dari bangku perkuliahan aku baru merasakan the real ujian di kehidupan nyata. Kalau kuliah bisa dibilang sebagai masa orientasi masuk universitas kehidupan maka setelah lulus dari kuliah maka benar-benar sedang mengikuti kuliah di universitas kehidupan.

Kuliah di universitas kehidupan ini unik karena kadang ujian diberikan terlebih dahulu baru dijelaskan hikmah dan pembelajarannya.

Lulus April 2017 dari jurusan statistika Undip dan langsung bekerja di Bulan Mei 2017 itulah awal perjalanan karirku. Uniknya aku tak perlu melamar dan menggunakan ijazahku untuk masuk dalam pekerjaan yang sekarang aku jalani.

"La, kalau udah selesai pulang saja dululah ke Karangkobar. Kamu bisa milih mau nerusin usaha dekorasi milik ibu atau bekerja di BMT." pinta ibu suatu hari dari percakapan di telepon.

Karena aku ingin menjadi anak yang berbakti dengan orang tua maka aku penuhilah keinginan ibundaku. Karena sesukses apapun kita bila tak mendapat restu dari orang tua maka hanya kesia-siaan belaka.

Ibu memang orang yang aktif di manapun beliau berada. Profesinya sebagai PNS tidak menghalanginya untuk tetap menebar manfaat bagi masyarakat melalui organisasi. Ibu pun bersama-sama teman-temannya mendirikan BMT yang muamalahnya memang didasarkan pada Muamalat yang halal. Selain itu di tahun 2015 ibu diajak juga untuk mendirikan sebuah TK Islam terpadu berbasis Sunnah yang bernama TKIT Ibnu Hajar Al Asqolani.

Nah ketika sudah sampai di rumah, pilihan yang ibu tawarkan lewat telepon tidak terpakai. Ada alternatif lain ternyata yakni menjadi guru TK.

"Alasan ibu sederhana kenapa anak ibu jadi guru TK. Karena pertama misal kamu mengajarkan surat Al Fatihah pada anak TK dan itu digunakan sampai sepanjang hayat hidupnya maka pahala amal jariyah akan terus mengalir padamu. Kedua juga sebagai sekolahmu menjadi ibu."

Alasan itulah yang kadang menguatkanku ketika mulai merasa lemah ketika bekerja di TK.

Awal masuk di TK aku ditugasi selain menjadi guru juga menjadi sekretaris. Pada tahun 2018 aku pun diminta untuk menjadi wakil kepala sekolah TK hingga sekarang.

Menjadi wakil kepala sekolah yang secara tidak langsung mengambil peran kepala sekolah membuatku bertemu dengan tantangan baru. Tentang manajemen pembelajaran, manajemen ustadzah, manajemen pikiran dan stressku ketika menghadapi permasalahan yang ada di TK.

Alhamdulillah aku punya ibu yang luar biasa enak jadi tempat curhatku. Ibu mengapresiasi solusi yang aku ceritakan atas setiap permasalahan yang dihadapi. Bahkan ibu menyemangatiku dengan kalimat yang motivasinya lebih ke akhirat.

" Kamu sudah benar la. Yang terpenting adalah kamu benar di hadapan Allah bukan dihadapan manusia." Hibur ibuku.

Memang benar bahwa memaksa diri untuk terus menyenangkan semua manusia itu sangatlah mustahil. Allah sang pencipta alam saja bisa dibenci apalagi aku makhluknya yang lemah ini.

Terima kasih ibu untuk kebijakan hidupnya.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar