Terima Kasih Kemenhub, BRT Trans Jateng Barlingmascakeb Wujudkan 5 Impian Warga akan Moda Transportasi Umum Idaman

By Nabila Ghaida Zia - November 12, 2019


BRT Trans Jateng
Source: https://www.instagram.com/brttransjateng/
 A developed country is not a place where the poor have cars, it’s where the rich ride public transportation. (Enrique Penalosa, Mayor of Bogota 1998-2001)

Negara maju bukanlah negara dimana yang miskin mempunyai mobil, tapi negara yangmana orang kaya mengendarai transportasi publik. (Enrique Penalosa, Walikota Bogota 1998-2001). 

Mari sejenak kita merenungkan diri dari quote diatas. Kira-kira sudah pantaskah negara kita disebut negara maju dengan kondisi transportasi publik yang ada? Sembari merenung, akan aku ceritakan tentang Bogota. Bogota yang sebelumnya dikenal sebagai Santa Fe de Bogota merupakan ibukota Kolombia. Bogota ini terkenal dengan kota terbesar dan terpadat di Negara Kolombia dengan 7.033.914 penduduk. 
BRT Bogota
Source: kabarpenumpang.com
Kepadatan penduduk di Bogota tak serta merta membuat kota tersebut kebingungan dalam mengelola sistem transportasinya. Bahkan Bogota menjadi salah satu kota yang paling sukses menerapkan sistem BRT dan menjadi rujukan kota-kota lain di seluruh dunia termasuk Jakarta.

Busway Bogota atau sering disebut Trans Milenio yang sudah mulai dioperasikan selama hampir 19 tahun dimulai di tahun 2000. Trans Milenio ini memiliki 10 koridor utama dengan total panjang lintasan hingga 105 kilometer. Ada beberapa keunggulan dari sistem BRT Bogota sehingga menjadi rujukan kota lain di dunia. Apa saja itu? Mari kita kupas satu per satu.

Trans Milenio
Source: kabarpenumpang.com

Pertama, sistem tiket yang digunakan oleh BRT Bogota adalah e-ticketing sehingga memudahkan penumpang dalam membayar dan petugas dalam melakukan penghitungan jumlah penumpang. Sistem tiket ini ditunjang dengan halte yang sangat rapi dan informatif.

Kedua, penumpang tak akan kebingungan menggunakan BRT Bogota ini karena peta jalur trans milenio dan rutenya sudah terpampang rapi di dinding. Dengan adanya peta ini penumpang tak akan bingung harus menunggu di sebelah mana dalam rangka menanti bus tujuannya. Di setiap pintu pun sudah ada petunjuk jelasnya hingga layar monitor yang menunjukkan identitas bus yang akan tiba di halte beberapa menit kemudian.

Ketiga, trans milenio memiliki pusat ruang kontrol yang terintegrasi dengan semua halte. Sehingga seluruh halte dengan informasi posisi bus, jumlah bus yang beroperasi setiap jam dan juga masalah keamanan diawasi serta dikendalikan dengan ketat. (Susantono, 2014).

Keempat, BRT Bogota ini terintegrasi dengan pengembangan tata guna lahan. Cara ini digunakan pemerintah untuk menarik antusias warga Bogota. Jadi pembangunan halte didekatkan dengan lahan-lahan pemukiman penduduk. Pemerintah pun menargetkan 85% dari total penduduknya memiliki akses paling jauh 500 meter dari rute BRT.

Kelima, BRT Bogota mendukung program Go Green karena di setiap halte disediakan tempat penitipan sepeda. Selain itu haltenya pun dirancang ramah terhadap penumpang difabel.

Keenam, Kapasitas angkut dari BRT Bogota ini cukup besar karena menggunakan tipe bus gandeng maupun triple gandeng. Selain untuk meningkatkan daya angkut juga untuk meningkatkan kenyamanan penumpang.

Nah, itulah cerita singkat tentang Bogota. Sebuah kota yang sudah berhasil dengan sistem BRT-nya. Kembali pada pertanyaan renungan di awal, silahkan jawab dalam hati masing-masing. Namun beruntung sekali kita memiliki kemenhub (kementerian perhubungan) yang selalu berbenah untuk meningkatkan fasilitas transportasi di Indonesia baik darat, laut, maupun udara.

Bercerita tentang BRT maka aku teringat akan sebuah pertanyaan kecilku,

“Kapan ya Banjarnegara, Purbalingga, Purwokerto itu punya BRT yang nyaman seperti semarang?” 

Pertanyaan itu sudah terlontar beberapa tahun lalu ketika aku masih kuliah. Kebetulan saat itu aku kuliah di Universitas Diponegoro Semarang antara tahun 2012-2017. Otomatis sebagai mahasiswa yang kuliah di Semarang maka BRT Trans Semarang menjadi layanan transportasi yang sering aku gunakan untuk mobilitas selama di Semarang. Maklum saat itu aku memang tak menggunakan kendaraan pribadi sebagai mobilitas selama perkuliahan.

Kesan yang aku rasakan ketika menggunakan BRT adalah senang. Iya, jujur aku senang sekali karena dengan tiket yang murah banget kita sudah dapat fasilitas bus yang enak dan nyaman dibandingkan dengan kendaraan pribadi atau angkutan umum lainnya. Bahkan saking nyamannya di BRT, aku seringkali tertidur.
Suasana di dalam BRT
source:https://www.instagram.com/brttransjateng/
Ketika aku pulang ke kampung halaman di Karangkobar, Banjarnegara maka aku merindukan adanya transportasi nyaman seperti BRT. Namun sayangnya di tahun itu belum ada. Transportasi populer yang adalah bus ekonomi yang usianya sudah tua namun dipaksa melaju layaknya anak ABG, ugal-ugalan.

Pernah dengarkah kamu tentang Barlingmascakeb? Dulu aku sempat merasa aneh dengan istilah ini, ternyata istilah ini adalah akronim dari Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen. Lima Kabupaten yang ada di Jawa Tengah itu bekerjasama untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembangunan. Dasar dari kerjasama ini adalah keputusan bersama Bupati Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Cilacap dan Kebumen No. 130 A tahun 2003, No 36 tahun 2003, nomor 16 tahun 2003.

Kalau sederhananya sih memang orang Barlingmascakeb biasanya melakukan aktivitas ekonomi, pendidikan dan lainnya di lima kabupaten itu. Diantara lima kabupaten itu yang paling menonjol dari sisi ekonomi adalah Banyumas. Pertumbuhan ekonominya sangat cepat bahkan pertumbuhan lembaga pendidikan perguruan tinggi di Banyumas sangat pesat. Bisa dibilang Banyumas sebagai salah satu kota pelajar yang ada di Jawa Tengah. Banyumas ini terkenal dengan Universitas Jendral Sudirman.

Sayangnya kerjasama yang begitu indah itu tidak bebarengan diiringi dengan adanya sistem transportasi yang memadai. Contohnya saja dari tempatku, Banjarnegara. Kalau ingin ke Purwokerto, Banyumas maka kendaraan umum yang ada hanyalah bus ekonomi tiga perempat, minibus yang sering disebut mikro dan bus besar yang jam kedatangannya tidak menentu.

Pernah suatu ketika aku selesai kegiatan di Purwokerto dan memutuskan pulang menggunakan bus ekonomi untuk pulang ke Banjarnegara. Jarak Purwokerto-Banjarnegara kurang lebih sekitar 40 kilometer. Biasanya dengan bus umum ditempuh dalam waktu 1,5 jam atau paling lama 2 jam. Namun saat menaiki bus ekonomi jarak Purwokerto-Banjarnegara bisa dipangkas hanya menjadi satu jam saja. Bisa dibayangkankah betapa cepatnya?

Ketika di dalam bus rasanya tak berhenti untuk istighfar karena bus melaju kencang dan rasanya setiap detik bagaikan diajak senam jantung. Sopir bus seperti memiliki nyawa cadangan saja, sudah jelas di arah berlawanan ada sekitar 3 mobil yang berurutan namun tetap saja sang sopir nekat untuk mendahului. Kebetulan saat itu aku tengah hamil muda. Masya Allah pengalaman yang tak terlupakan. 

Pada pertengahan Bulan Agustus 2018 tepatnya tanggal 13 Agustus 2018 harapanku terkabul. Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meresmikan BRT Trans Jateng Barlingmascakeb jurusan Purbalingga-Purwokerto. Ada rasa bahagia disana karena akhirnya ada transportasi umum yang nyaman namun sedih karena Banjarnegara belum tersentuh. Mungkin bertahap sepertinya. Adanya BRT ini sebagai salah satu upaya pemerintah untuk membuat wilayah Jawa Tengah saling terkoneksi. Semoga saja tahun berikutnya ada BRT yang beroperasi di Banjarnegara.
Peresmian BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto
source:https://www.instagram.com/brttransjateng/
Kehadiran BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto bagaikan angin segar yang datang diantara kepenatan masyarakat akan moda transportasi darat yang kurang nyaman selama ini khususnya dari Purbalingga menuju Purwokerto. Dua kota ini sedang menggeliat sekali perekonomiannya. Apalagi di Purbalingga sedang dibangun Bandara Jenderal Besar Soedirman yang ditargetkan akan beroperasi di Bulan Mei 2020. Kehadiran bandara ini akan memberi dampak ekonomi yang positif bila diantisipasi dengan baik salah satunya dengan sistem transportasi darat yang memadai.

Selama ini moda transportasi umum dari Purbalingga menuju Purwokerto atau sebaliknya mayoritas dipegang oleh bus-bus ekonomi yang dari tingkat keamanan, kenyamanan dan keselamatan sangat jauh dari layak. Memang ada beberapa bus besar dan ber-AC yang lewat namun tidak bisa diprediksikan kedatangannya. 

Masyarakat selama ini bersabar dengan kondisi ketidaknyamanan dan ketidakamanan dalam menaiki transportasi umum dari Purbalingga menuju Purwokerto atau sebaliknya. Permasalahan ketidaknyamanan dan ketidakamanan yang dirasakan masyarakat adalah banyak bus ekonomi yang usianya sudah tua namun dipaksa untuk beroperasi, bau didalam bus tidak mengenakkan karena salah satunya tidak ada larangan merokok. 

Masalah lainnya adalah sopirnya ugal-ugalan, panas dan tidak ber-AC, sopir dan kondektur yang kurang ramah, tempat duduk yang tidak nyaman dan ketidakamanan ketika penumpang turun karena belum sampai penumpang turun dengan selamat namun bus sudah kembali melaju kencang. 

Beruntung sekali pemerintah peka atas hal ini dan menghadiahkan warganya BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto. Pembangunan Bus Rapid Trans ini termasuk salah satu prestasi kemenhub yang patut kita apresiasi loh. By the way, sudah tahukah kamu apa maksud dari Bus Rapid Trans (BRT). Jadi BRT adalah sistem angkutan massal cepat yang berbasis bus. Sistem ini memang sedang booming di berbagai negara. Sistem BRT ini cocok untuk negara yang memiliki pola-pola pemekaran kota yang cenderung tidak terkendali ke segala arah. 

 Kepedulian kemenhub juga ditunjukkan dengan pemberian 1240 bus bantuan untuk tranportasi jalan yangmana merupakan bagian dari upaya kemenhub untuk merealisasikan program nawacita yang telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) tahun 2015-2019. Dengan pengadaan bus ini diharapkan masyarakat merasakan kehadiran pemerintah dalam menyediakan transportasi umum yang nyaman. 

Terima kasih untuk Kemenhub, Pemerintah Jawa Tengah, Dishub Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Purbalingga dan Banyumas yang sudah selangkah lebih maju mewujudkan impian warganya akan transportasi umum idaman. Adapun impian transportasi umum yang kami idamkan ada lima yakni sebagai berikut:

1.      Transportasi yang Memberikan Kenyamanan Selama Perjalanan. 
Terima kasih BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto sudah memberikan kenyamanan yang terus ditingkatkan. Kenyamanan seperti tempat duduk yang nyaman, pegangan untuk penumpang yang berdiri, keberadaan AC sehingga membuat tidak gerah, bebas dari asap rokok, kebersihan terjaga, keramahan sopir dan kondektur, prioritas tempat duduk diberikan pada orang tua, disabilitas dan ibu hamil. Selain itu ada peraturan yang memberi kenyamanan bagi penumpang lainnya seperti dilarang membawa barang-barang yang berbau menyengat, larangan membawa hewan dan peraturan lainnya. Uniknya pun tempat duduk antara laki-laki dan perempuan dipisah untuk meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan.

2.      Transportasi yang Memprioritaskan Keselamatan dan Keamanan Penumpangnya. 
Terima kasih BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto sudah memberikan penumpangnya keamanan dan keselamatan dengan berbagai upaya. Upaya tersebut adalah seperti bis yang terawat dan masih baru, supir yang sudah terlatih sesuai SOP dan tidak ugal-ugalan.

3.      Transportasi Umum yang Terjangkau dari Segi Biaya.
Menurut data Badan Pusat Statistik yang diperoleh dari hasil SUSENAS 2016 data konsumsi rumah tangga Kabupaten Banyumas pada sektor pengeluaran transportasi mencapai 11,46% dari seluruh pengeluaran konsumsinya. Sedangkan Kabupaten Purbalingga pengeluaran transportasinya mencapai 10,46 %. Data ini terus meningkat di tahun 2017. Pengeluaran transportasi ini dibagi menjadi pengeluaran transportasi umum dan pribadi. Proporsinya pun lebih besar untuk pengeluaran transportasi pribadi. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Karena selama ini belum ada transportasi umum yang memadai dan bisa memberikan layanan memuaskan untuk mereka. Sehingga transportasi pribadi masih menjadi primadona. Harapannya dengan adanya BRT yang nyaman, aman dan selamat ini bisa membawa masyarakat untuk beralih menggunakan transportasi umum.
Untuk naik BRT ini penumpang hanya dikenakan harga tiket Rp. 4000 untuk umum dan Rp. 2000 untuk pelajar dan veteran.

4.      Transportasi Umum yang Efisien dan Efektif 
Rata-rata mengapa masyarakat enggan untuk naik transportasi umum adalah karena tidak efisien secara waktu. Banyak waktu yang habis terbuang namun dengan adanya BRT  ini bisa merubah paradigma masyarakat akan hal ini. Karena BRT sudah bergerak lebih cepat dan tidak ngetem. Waktu tunggu antara satu BRT dengan BRT berikutnya tidak terlalu lama.

5.      Transportasi Umum dengan Jam Operasi Panjang
Salah satu masalah transportasi umum yang ada adalah jam operasinya yang hanya sampai sore saja. Padahal karena mobilitas masyarakat yang tinggi terkadang mereka masih membutuhkan kendaraan hingga malam. Terima kasih BRT karena jam operasinya lumayan panjang mulai dari pukul 05.30 WIB hingga 19.30 WIB.

Itulah lima impian kami akan moda transportasi umum idaman. BRT Trans Jateng Purbalingga-Purwokerto ini memang baru satu tahun berjalan namun sudah memenuhi lima impian itu walaupun belum sempurna seperti BRT Bogota. Perlu dukungan berbagai pihak agar kelak sistem BRT di Indonesia bisa secantik di Bogota. Mari kita apresiasi selalu langkah kemenhub yang totalitas bekerja untuk menjadikan transportasi di Indonesia lebih baik lagi demi kemajuan bangsa dan negara. Jangan lupa selalu pantau sosial media kemenhub untuk perkembangan transportasi Indonesia yang lebih maju.

Referensi:

  1. "BRT, Tantangan dan Andilnya dalam Perekonomian." satelitpost.com. 11 September 2018. 11  November 2019. https://satelitpost.com/redaksiana/opini/brt-tantangan-dan-andilnya-dalam-perekonomian
  2.  "Capaian Lima Tahun Kinerja,Menhub:Indonesia Sentris Membuka Keterisolasian dan Membuka Ruang Ekonomi Baru." dephub.go.id. 19 Oktober 2019. 12 November 2019.http://dephub.go.id/post/read/capaian-lima-tahun-kinerja,-menhub--indonesia-sentris-membuka-keterisolasian-dan-membuka-ruang-ekonomi-baru
  3. Susantono,Bambang. 2014. Revolusi Transportasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama





  • Share:

You Might Also Like

0 komentar