Hai kamu
Sudah berapa lama kamu bersemayam
dalam tubuhmu?
Seberapa lamakah juga kau sudah
mengenal dirimu secara utuh?
Mungkin kita bisa telah terlahir
dan tinggal dalam raga kita selama 24 tahun, namun apakah benar-benar selama 24
tahun itu kita sudah kenal betul dengan diri kita?
Sudahkah kita mengenal apa yang
menjadi kelebihan dan kelemahan kita?
Sudahkah kita mengenal akan hal
apa yang membuat diri kita bahagia?
Sudahkah kita mengontrol setiap pikiran
yang ada?
Sayangnya sebagian besar masih
banyak yang belum mengenal diri mereka seutuhnya. Hanya segelintir orang.
Karena seringkali kita terjebak pada keumuman orang. Seperti hidup itu ya
sekolah, kerja, nikah, punya anak. Atau sukses itu kalau sudah jadi PNS. Hmm
benarkah?
Proses mengenal diri sendiri
memang perjalanan yang panjang, tak semudah seperti kita hanya mengikuti
keumuman banyak orang. Makanya itulah mengapa orang sukses itu jumlahnya lebih
sedikit. Sesuai pengamatanku, kenapa ada yang di usia muda sudah punya
prestasi-prestasi dan manfaat ke lingkungan luar biasa. Ternyata jawabannya
adalah mereka sudah lebih lama mengenal dirinya sendiri. Mereka mengetahui
bidang apa yang ingin ditekuni sedari awal. Mereka sudah paham ketika tumbuh
besar akan menjadi orang seperti apa. Ya, karena mereka sudah kenal dengan
dirinya sendiri lebih awal dari orang biasanya. Ada yang sudah sangat kenal
dengan dirinya semenjak SMA bahkan ada yang semenjak SD. Seperti Maudy Ayunda
yang sudah punya target ketika kuliah nanti ingin bersekolah ke Harvard.
Pertanyaannya sudahkah kamu
mengenal dirimu ?
Ada banyak cara berkenalan dengan
diri kita sendiri. Cara terpenting berkenalan dengan diri kita sendiri adalah
dengan berkomunikasi. Loh bagaimana caranya? Salah satu cara yang efektif
bagiku untuk berkomunikasi produktif dengan diriku sendiri adalah dengan dua
hal, yakni dengan menulis dan membaca.
Sounds simple, right? Menulis
disini bukan menulis yang perlu diberi contoh ya. Namun, menulis apa yang ada
dalam isi hati. Tak perlu dipikirkan apakah tulisan kita layak baca atau tidak.
Tulislah apa yang menyesakkan dadamu. Tulislah rasa syukur yang telah kau alami
selama dalam waktu hidupmu. Tulislah apa yang menjadi mimpi-mimpimu, hubungkan
dengan usaha yang sudah kamu lakukan. Apakah sudah berada di jalur yang benar?
Tulislah keruwetan yang memenuhi isi kepalamu, pengalaman yang aku dapatkan
ketika keruwetan masalah memenuhi isi kepala maka aku segera mencari buku diary
ku tercinta. Ku tulis apa yang jadi keruwetan, alhamdulillah lega dan bisa
ditarik benang merahnya.
Lalu apa hubungannya dengan
membaca? Bagiku membaca adalah menemukan sudut pandang baru, mencari referensi
akan setiap permasalahan yang muncul, mencari tau apa solusi yang bisa
dilakukan ketika dilanda masalah, menjadi sarana untuk diriku bermuhasabah,
menyegarkan pikiran. Ah, pokoknya banyak sekali manfaat membaca.
Seperti hari ini, aku membaca
buku karya penulis kenamaan Indonesia yakni Fahd Fahdapie yang berjudul Muda, Berdaya dan Karya Raya. Siang tadi sudah
kuselesaikan seluruh halaman dalam buku itu. Membuat dadaku gentar dan
bersemangat, ingin rasanya melaju dari lintasan waktu sekarang.
“Kaya dengan Karya.” Frase ini
yang membuat hatiku bersemangat. Membaca buku ini seperti menggali kepingan
motivasiku untuk menjadi penulis yang mulai tertutup karena kesibukan
rutinitas. Ada hal yang menarik lagi adalah ketika membaca salah satu cerita
tentang bagaimana kak Fahd bersama timnya memberangkatkan umroh gratis
orang-orang dhuafa. Disitu aku merasa terlecut untuk bisa berbagi dengan orang
yang membutuhkan.
Setelah membaca buku itu, aku
kembali me-review apa yang menjadi misi besar dalam hidupku. Aku mencoba
berkomunikasi dengan diriku , pikiran-pikiran banyak silih berganti menyapa. Karena
tak ingin pergi begitu saja maka aku buka buku apapun yang aku bawa dan aku
menulis
Kaya dengan Karya
Memudahkan urusan hidup orang sebanyak-banyaknya
Mengajarkan ilmu bermanfaat kepada orang sebanyak-banyaknya
Berbagi sebanyak-banyaknya.
Apa yang menjadi misi besarku
bertambah, dulu hanya ingin berbagi ilmu bermanfaat kepada sebanyak-banyaknya
orang. Setelah membaca dan merenung maka misi besarku bertambah.
Hidup ini akan terasa monoton
bila tidak dijalankan dengan tujuan mulia. Bukankah masing-masing dari kita
sudah diberikan potensi masing-masing yang luar biasa. Potensi yang ada bukan
hanya digunakan untuk diri sendiri semata namun adanya potensi dalam diri
isyarat bagaimana potensi yang ada digunakan untuk kebermanfaatan banyak orang.
Mari menepi sejenak.
Mari melihat lebih dalam lagi ke
diri kita.
Kenali ia lebih dalam melebihi
kenalnya dirimu pada pasanganmu atau orang terdekatmu.
Ajak ia berkomunikasi, ajak ia
kerjasama mewujudkan tujuan hidup yang mulia.
Picture by: pixabay.com
3 komentar
inspiring sists:'(
BalasHapusSemoga bermanfaat sista :)
HapusBagus sekali mbak Nabila. Seringkali kita lupa ya ngobrol sama diri sendiri, padahal self talk ini bagus banget untuk membangun jiwa yang merapuh. Keep writing and inspiring.
BalasHapus