Berkenalan dengan Diri melalui Membaca dan Menulis

By Nabila Ghaida Zia - April 05, 2019





Hai kamu

Sudah berapa lama kamu bersemayam dalam tubuhmu?

Seberapa lamakah juga kau sudah mengenal dirimu secara utuh?

Mungkin kita bisa telah terlahir dan tinggal dalam raga kita selama 24 tahun, namun apakah benar-benar selama 24 tahun itu kita sudah kenal betul dengan diri kita?

Sudahkah kita mengenal apa yang menjadi kelebihan dan kelemahan kita?

Sudahkah kita mengenal akan hal apa yang membuat diri kita bahagia?

Sudahkah kita mengontrol setiap pikiran yang ada?

Sayangnya sebagian besar masih banyak yang belum mengenal diri mereka seutuhnya. Hanya segelintir orang. Karena seringkali kita terjebak pada keumuman orang. Seperti hidup itu ya sekolah, kerja, nikah, punya anak. Atau sukses itu kalau sudah jadi PNS. Hmm benarkah?

Proses mengenal diri sendiri memang perjalanan yang panjang, tak semudah seperti kita hanya mengikuti keumuman banyak orang. Makanya itulah mengapa orang sukses itu jumlahnya lebih sedikit. Sesuai pengamatanku, kenapa ada yang di usia muda sudah punya prestasi-prestasi dan manfaat ke lingkungan luar biasa. Ternyata jawabannya adalah mereka sudah lebih lama mengenal dirinya sendiri. Mereka mengetahui bidang apa yang ingin ditekuni sedari awal. Mereka sudah paham ketika tumbuh besar akan menjadi orang seperti apa. Ya, karena mereka sudah kenal dengan dirinya sendiri lebih awal dari orang biasanya. Ada yang sudah sangat kenal dengan dirinya semenjak SMA bahkan ada yang semenjak SD. Seperti Maudy Ayunda yang sudah punya target ketika kuliah nanti ingin bersekolah ke Harvard.

Pertanyaannya sudahkah kamu mengenal dirimu ?

Ada banyak cara berkenalan dengan diri kita sendiri. Cara terpenting berkenalan dengan diri kita sendiri adalah dengan berkomunikasi. Loh bagaimana caranya? Salah satu cara yang efektif bagiku untuk berkomunikasi produktif dengan diriku sendiri adalah dengan dua hal, yakni dengan menulis dan membaca.

Sounds simple, right? Menulis disini bukan menulis yang perlu diberi contoh ya. Namun, menulis apa yang ada dalam isi hati. Tak perlu dipikirkan apakah tulisan kita layak baca atau tidak. Tulislah apa yang menyesakkan dadamu. Tulislah rasa syukur yang telah kau alami selama dalam waktu hidupmu. Tulislah apa yang menjadi mimpi-mimpimu, hubungkan dengan usaha yang sudah kamu lakukan. Apakah sudah berada di jalur yang benar? Tulislah keruwetan yang memenuhi isi kepalamu, pengalaman yang aku dapatkan ketika keruwetan masalah memenuhi isi kepala maka aku segera mencari buku diary ku tercinta. Ku tulis apa yang jadi keruwetan, alhamdulillah lega dan bisa ditarik benang merahnya.

Lalu apa hubungannya dengan membaca? Bagiku membaca adalah menemukan sudut pandang baru, mencari referensi akan setiap permasalahan yang muncul, mencari tau apa solusi yang bisa dilakukan ketika dilanda masalah, menjadi sarana untuk diriku bermuhasabah, menyegarkan pikiran. Ah, pokoknya banyak sekali manfaat membaca.

Seperti hari ini, aku membaca buku karya penulis kenamaan Indonesia yakni Fahd Fahdapie yang berjudul  Muda, Berdaya dan Karya Raya. Siang tadi sudah kuselesaikan seluruh halaman dalam buku itu. Membuat dadaku gentar dan bersemangat, ingin rasanya melaju dari lintasan waktu sekarang.

“Kaya dengan Karya.” Frase ini yang membuat hatiku bersemangat. Membaca buku ini seperti menggali kepingan motivasiku untuk menjadi penulis yang mulai tertutup karena kesibukan rutinitas. Ada hal yang menarik lagi adalah ketika membaca salah satu cerita tentang bagaimana kak Fahd bersama timnya memberangkatkan umroh gratis orang-orang dhuafa. Disitu aku merasa terlecut untuk bisa berbagi dengan orang yang membutuhkan.

Setelah membaca buku itu, aku kembali me-review apa yang menjadi misi besar dalam hidupku. Aku mencoba berkomunikasi dengan diriku , pikiran-pikiran banyak silih berganti menyapa. Karena tak ingin pergi begitu saja maka aku buka buku apapun yang aku bawa dan aku menulis

Kaya dengan Karya
Memudahkan urusan hidup orang sebanyak-banyaknya
Mengajarkan ilmu bermanfaat kepada orang sebanyak-banyaknya
Berbagi sebanyak-banyaknya.

Apa yang menjadi misi besarku bertambah, dulu hanya ingin berbagi ilmu bermanfaat kepada sebanyak-banyaknya orang. Setelah membaca dan merenung maka misi besarku bertambah.
Hidup ini akan terasa monoton bila tidak dijalankan dengan tujuan mulia. Bukankah masing-masing dari kita sudah diberikan potensi masing-masing yang luar biasa. Potensi yang ada bukan hanya digunakan untuk diri sendiri semata namun adanya potensi dalam diri isyarat bagaimana potensi yang ada digunakan untuk kebermanfaatan banyak orang.

Mari menepi sejenak.

Mari melihat lebih dalam lagi ke diri kita.

Kenali ia lebih dalam melebihi kenalnya dirimu pada pasanganmu atau orang terdekatmu.

Ajak ia berkomunikasi, ajak ia kerjasama mewujudkan tujuan hidup yang mulia.

Picture by: pixabay.com

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

  1. Bagus sekali mbak Nabila. Seringkali kita lupa ya ngobrol sama diri sendiri, padahal self talk ini bagus banget untuk membangun jiwa yang merapuh. Keep writing and inspiring.

    BalasHapus