Berapa kali dalam sehari kita
menakut-nakuti seseorang? Entah itu anak kita, adik kita, saudara kita
Mari kita merenung, pernahkah
kita mengatakan,
“Kalau nakal nanti kamu disuntik
sama dokter loh.”
“Kalau kamu nakal terus nanti ibu
masukkan ke pondok loh.”
“Hayo gelap, pasti banyak
setannya itu.”
Berapa sering kita mengucapkan
kalimat itu atau kalimat menakut-nakuti yang lain. Atau mungkin dulu kita pernah
menjadi korban yang ditakut-takuti.
Maka sekarang aku ingin mengajak
semua yang membaca tulisan ini untuk berhenti menakut-nakuti. Karena akan
memberikan persepsi negatif pada hal yang ditakut-takuti itu. Misalnya
ditakut-takuti dengan disuntik dokter, maka berapa banyak anak-anak kita yang
bila diminta pergi ke dokter sudah menolak terlebih dahulu.
Ada yang menakut-nakuti anak
kalau tidak nurut sama orang tua nanti dimasukkan ke pondok, maka membuat citra
pondok itu negatif. Seolah pondok itu adalah tempat pembuangan. Atau ada yang
menakut-nakuti dengan kegelapan yang selalu dibilang banyak hantunya. Maka akan
muncul persepsi kalau gelap itu menyeramkan.
Hayo yang sering menakut-nakuti
meskipun tujuannya hanya untuk bercanda mending dikurang-kurangin deh. Kita rubah
kalau ada orang atau anak yang takut akan sesuatu hal, bukannya makin
ditakut-takutin tapi dikasih penjelasan yang logis biar tidak takut lagi.
Seperti siang tadi, selepas aku
selesai mengerjakan tugas di kantor, aku meliat anak-anak kelas A dan B
berhamburan menuju keran air untuk cuci muka setelah bangun tidur siang, ada
yang ke kamar mandi juga. Baru beberapa langkah aku keluar dari kantor, ada
satu murid kelas A yang dari kejauhan melambaikan tangannya, isyarat agar aku
mendekat padanya.
“Ada apa mas yogi?” Tanyaku pada
murid kelas A yang bernama Yogi.
“Ustadzah aku mau pipis, tapi aku
takut disana ada katak mati.” Ucapnya lugu dengan raut muka wajah lemas habis
bangun tidur.
“Mana? Kok ustadzah tidak liat
ya.” Aku mencoba menyelidik setiap sisi jalan menuju kamar mandi , namun aku
belum menemukan ada katak itu.
“Itu ustadzah di pojok sana,
sudah mati sih kataknya tapi mas yogi takut kalau kataknya nakalin aku.” Jawabnya
polos sambil masuk kamar mandi untuk pipis. Lucunya lagi kamar mandinya tidak
ditutup pintunya. Duh dek :D
Terus aku mencoba menjelaskan ke
mas yogi,
“Kenapa mas yogi harus takut sama
kataknya? Kan kataknya sudah mati, sudah tidak bergerak, sudah tidak bisa
apa-apa. Masa bisa nakalin mas yogi.”
Sembari menyesuaikan posisi buang
kecilnya mas yogi seperti mencoba berpikir sejenak.
“Oh ya bener juga ya us.” kata Mas Yogi
“Jadi berani kan ustadzah
tinggal?”
“Iya us berani.”katanya.
Wah ternyata memberikan penjelasan
yang logis kepada seorang anak akan hal yang ditakutinya bisa membuatnya
berpikir dan mengalahkan ketakutannya.
What a lesson :D
Jadi, stop menakut-nakuti,
berikan penjelasan logis agar mereka yang takut bisa mengalahkan ketakutannya.
0 komentar