Pahlawan itu Bernama Genk Anak Badai

By Nabila Ghaida Zia - Agustus 19, 2019



Akhirnya buku tere liye terbaru sudah aku selesaikan. Butuh waktu beberapa hari untuk menyelesaikan membaca buku itu. Karena selalu terdistraksi dengan smartphone. Ini dia tantangan terbesar di zaman ini adalah kehadiran HP. Dulu aku sangat suka membaca bahkan buku tebal yang jumlah halamannya hampir lima ratus lembar tak memerlukan waktu mencapai seminggu. Sekarang dengan adanya distraksi media sosial dan kesibukan yang lain membuat waktu membaca jadi berkurang.

Aku menyelesaikan membaca buku tere liye ini tepat sebelum adzan magrib berkumandang. Aku membaca sambil meluruskan kaki di tempat tidur. Tiba-tiba suami datang dan mencoba mengganggu kekhusyukkanku dalam membaca.

"Bacanya serius amat dek?" tanyanya padaku karena melihat ekspresi wajahku. Aku hanya menanggapinya sejenak dan terus membaca karena beberapa lembar terakhir merupakan puncak konflik yang membuat hati berdebar-debar.

Aku masih asyik dengan bacaan novel itu. Bagian yang membuatku serius dalam membaca novel itu adalah ketika anak-anak kampung manowa, zaenal, awang, ode, dan malim mempunyai siasat untuk menghentikan proses pembangunan pelabuhan.

Kuncinya adalah dengan menemukan map yang berisi kajian tentang ketidaklayakan struktur tanah.
Pertama menyelinap ke kapal Pak Mastur yang merupakan pimpinan proyek itu gagal karena mereka ketahuan dan mereka melarikan diri dengan menceburkan diri ke sungai dan berenang di bawah kolom rumah penduduk.

Keesokan harinya Pak Mastur menanyai setiap warga yang ada di kampung manowa mencari tersangka. Pak Mastur mempunyai bukti perahu yang tertinggal di dekat kapalnya. Ternyata perahu itu milik Pak Kapten, tak mungkin Pak Kapten yang menyelinap karena Pak Kapten sedang disidang. Akhirnya tuduhan itu tak menemukan siapa pelakunya.

Beberapa waktu kemudian zaenal dan temannya yang menamakan diri dengan genk anak badai melakukan siasat. Siasatnya adalah untuk menyelinap ke dalam kapal saat ada pertemuan penting antara para pejabat di dalam kapal itu.

Mereka berpura-pura sedang memancing di dekat kapal dan awang menunjukkan kelihaiannya dalam mencari tempat yang banyak ikannya. Awalnya para tukang pukul yang menjaga merasa terganggu dengan keberadaan genk anak badai ini namun ketika awang sudah menunjukkan kelihaiannya mereka menjadi tertarik bahkan anak badai itu menawarkan beberapa ikan untuk para tukang pukul. Maka mereka pun bisa masuk ke dalam kapal yacht mewah bahkan diajak berkeliling.
Hal itu digunakan genk anak badai untuk memeriksa kondisi kapal dan mereka bisa membuat rencana untuk menyusup keesokan harinya.

Keesokan harinya mereka melakukan siasat lagi, bedanya yang melakukan atraksi memancing hanya dua orang. Sedangkan Zaenal dan kawannya menyusup ke kapal yacht, persis ketika sudah ada pertemuan antara Pak Alex (yang mempunyai proyek), utusan gubernur, camat tiong sedang berdiskusi.

Zaenal berniat untuk mengambil map kajian itu tapi tidak ada yang mereka dapatkan. Namun mereka dapat rekaman percakapan pertemuan itu. Zaenal pun menyerahkan rekaman itu pada Wak Sidik untuk segera dibawa ke kota provinsi berhubung keesokan harinya vonis untuk Pak Kapten akan segera diputuskan.

Pada akhirnya pun Pak Kapten bebas, orang-orang yang terlibat dalam proyek pembangunan disidik oleh KPK. Sekolah genk anak badai yang sempat dirobohkan, dibangun kembali dengan bangunan yang lebih baik. Kampung mereka pun tidak jadi dibongkar.

Dalam novel itu aku rasa penyelesaian konfliknya terlalu cepat. Aku ingin melihat gemasnya bagaimana para pelaku rekayasa proyek pembangunan diringkus dan ditangkap KPK. Sayangnya hal itu tidak ada. Karena ending berjalan cepat.

Setelah menutup buku itu, suamiku langsung bertanya.

"Jadi apa hikmah dari novel itu dek?" tanya suamiku lagi.

Aku sebenarnya enggan menjawab, namun suamiku berujar kembali.

"Nanti kan kalau punya anak kita yang ceritain berbagai macam hal. Ayo ceritakan sama mamas."

Akhirnya akupun menceritakan apa yang aku baca itu. Suamiku mendengarkan sambil menganggukkan kepala.

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar