3 TIPS ANTI BAPER MENGHADAPI KRITIKAN DAN OMONGAN ORANG LAIN
By Nabila Ghaida Zia - Januari 08, 2020
“Jangan pedulikan kritik. Jika itu
tidak benar, abaikan. Jika itu tidak adil, jangan terusik. Jika itu bodoh,
tersenyumlah. Jika itu benar, itu bukanlah kritik, maka belajarlah dari hal
tersebut.” ~ Mark Twain
Kutipan diatas sangat mendinginkan
hati dan pikiran yang sempat terpanasi oleh nyinyiran omongan orang lain atas
diri kita, keluarga kita atau hal yang berhubungan dengan kita.
Tulisan ini dibuat untuk memberi
kelegaan hati pada mereka yang tengah dikritik ataupun dinyinyirin oleh orang
lain.
Ingat sebuah pernyataan mulutmu
harimaumu? Lidah lebih tajam dari pisau? Nyatanya pernyataan itu memang benar
adanya. Banyak orang yang sakit hati, sakit fisik bahkan ada yang mengakhiri
hidupnya hanya karena ucapan yang keluar dari mulut seseorang.
Kalau dalam islam ada hadits yang
memang sudah mengantisipasi hal ini. Bahkan seorang muslim dikatakan sempurna
apabila bisa menjaga lisan dan tangannya untuk tidak menyakiti saudara muslim
lainnya. Haditsnya berbunyi sebagai berikut:
“Seorang muslim
adalah yang membuat muslim lainnya selamat dari gangguan lisan dan tangannya. Dan
orang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari perkara yang dilarang
oleh Allah .” (HR. Bukhari no. 10 dan Muslim no. 40 )
Dalam islam dikatakan bahwa yang
paling sering memasukkan manusia ke dalam neraka adalah karena ulah mulut dan
kemaluannya. Sebagaimana yang tertuang dalam hadits berikut:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam ditanya mengenai perkara yang banyak memasukkan seseorang ke dalam surga,
beliau menjawab, “Takwa kepada Allah dan berakhlak yang baik.” Beliau ditanya
pula mengenai perkara yang banyak memasukkan orang dalam neraka, jawab beliau,
“Perkara yang disebabkan karena mulut dan kemaluan.” (HR. Tirmidzi no.
2004 dan Ibnu Majah no. 4246. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad
hadits ini shahih).
Tapi kok kenapa ya masih ada orang yang masih sering menyakiti
orang lain dengan lisannya? Baik berupa kritik yang tidak membangun ataupun
nyinyir dengan kehidupan orang lain?
Mengapa Masih Ada yang Suka Mengkritik atau Nyinyir dengan
Kehidupan Orang Lain?
Mari kita analisis
bersama mengapa masih ada saja orang yang suka mengkritik namun kritikannya itu
menyakiti hati orang lain?
Memang sepanjang kita
berinteraksi dengan orang lain, kita tak akan terlepas dari omongan orang lain
tentang kita.
Ingatkah kamu tentang
panutan sepanjang zaman? Manusia paling mulia di dunia ini? Ya, beliau
Rasulullah Sallallahu’alaihi wa salam dengan akhlaknya yang bisa dikatakan
paling bagus saja masih mendapat kritikan dan omongan dari orang lain. Malah
lebih sadis lagi, ada yang karena tidak sukanya mereka bahkan berani melempar
kotoran pada beliau hingga ada yang berani berniat untuk membunuhnya.
Apalagi dengan kita
manusia biasa? Pasti hidup kita tak lepas dari omongan orang lain. Jadi, woles
aja yuk.
Sebelum kita masuk
tentang alasan orang suka mengkritik orang lain maka kita harus cari tahu dulu
apa arti kritik sebenarnya. Kalau menurut buku yang aku baca, kritik itu adalah
penilaian seseorang terhadap hasil kerja kita, prestasi ataupun watak kita.
Kritik ada yang bersifat membangun adapula yang bersifat tidak membangun.
Kritik yang membangun
tidak hanya memberikan kritik namun memberikan saran perbaikan ke depannya.
Biasanya kritik yang diberikan bersifat objektif dan detail.
Berbeda dengan kritik
yang destruktif, kritik ini hanya merupakan penilaian subjektif dan terlalu
umum. Biasanya didasari oleh rasa tidak suka dan kritik ini tidak menawarkan
solusi perbaikan.
So, kita harus
pilah-pilih omongan orang yang masuk ke telinga kita.
Oke, balik lagi ya
kenapa masih ada orang yang suka membicarakan orang lain. Menurut analisis
sederhanaku adalah karena beberapa alasan sebagai berikut:
1.
Tabiat Manusia yang Suka Berkeluh Kesah
Apa hubungannya mengeluh dengan membicarakan kehidupan
orang lain? Ada dong hubungannya. Jadi sudah sangat jelas Allah nyatakan dalam
firmannya pada surat Al Ma’arij ayat 19-21 yang artinya adalah sebagai berikut:
“Sesungguhnya manusia diciptakan
bersifat suka mengeluh. Apabila dia ditimpa kesusahan dia berkeluh kesah dan
apabila mendapat kebaikan dia menjadi kikir.” (QS. Al-ma’arij: 19-21)
Makanya kita sebagai manusia diminta untuk selalu
bersyukur atas apapun nikmat yang Allah berikan pada kita.
Nah, menurutku orang yang suka membicarakan orang lain
berawal dari tabiat manusia ini. Dengan seseorang sering berkeluh kesah akan
hidupnya maka ia akan memandang segala sesuatu dari sudut pandang negatif.
Ketika berinteraksi dengan oranng lain maka yang
dominan terlihat adalah sisi negatifnya. Sehingga wajar saja keluar kritik.
Untuk meminimalisir tabiat berkeluh kesah maka ada dua
kuncinya yakni sabar dan syukur. Bila ditimpa hal yang tidak kita sukai maka
kita bersabar dan apabila mendapat hal yang kita sukai maka bersyukur.
2.
Perbedaan Prinsip, Nilai dan Sudut Pandang
Coba deh sehari saja kamu menginap di tempat teman atau
saudaramu? Amati dan rasakan apakah kebiasaan di tempat teman atau saudaramu
dari bangun tidur hingga tidur lagi sama dengan kebiasaan di rumahmu?
Jawabannya tentu tidak. Ini memang alamiah. Setiap
orang memiliki kebiasaan yang berbeda dalam hal tertentu. Misalkan dalam rumah
si A kalau ingin sarapan harus mandi dulu namun di rumah si B justru
kebalikannya.
Setiap orang memiliki prinsip, nilai dan sudut pandang
yang berbeda terhadap suatu hal, kejadian ataupun kebiasaan. Sekaliun orang
tersebut adalah anak kembar.
Perbedaan nilai, prinsip dan sudut pandang ini wajar
hukumnya. Hanya saja tergantung karakter masing-masing orang. Ada yang tak mau
tahu tentnag sudut pandang orang lain sehingga gampang saja bagi orang tersebut
untuk mengkritik orang lain.
Kalau kamu lagi dikritik tentang sudut pandangmu maka
jangan gampang baper, karena barangkali orang yang memberimu kritik itu punya
sudut pandang lain.
3.
Kebiasaan Suka KEPO
Nah ini, alasan yang bagiku paling mayoritas mengapa orang
suka mengkritik orang lain. Karena mereka suka mengetahui urusan orang lain.
Padahal dalam islam bila agama kita ingin sempurna maka
kita perlu berlepas diri dari urusan orang lain.
Semakin kita tak mengetahui urusan orang lain maka
semakin bahagia hidup kita. Namun dengan adanya sosial media seperti sekarang
ini, seakan kita secara tidak langsung diajak menjadi kepo akan urusan orang
lain.
Jadi, yuk kurang-kurangi kepo dengan hidup orang lain.
Tiga hal tersebut yang
menurutku menjadi alasan mengapa orang suka berghibah (membicarakan orang lain)
dan mengkritik orang lain.
Oke, setelah kita
menganalisis alasan orang suka membicarakan kehidupan orang lain maka kita
lanjut ke tips bagaimana agar kita tidak mudah baper akan kritikan orang lain.
Untukmu yang lagi baper
dengan kritikan orang lain yuk terapkan beberapa tips berikut biar kritikan tak
membuat hidupmu nelangsa.
1. Dengarkan dengan Tenang
Kalau
ada orang yang mengkritik kamu, nyinyirin hidup kamu, ghibahin kamu, saranku
adalah dengarkan dengan tenang. Kalau kata orang semarang, woles aja :D.
Dengarkan
dengan kepala dan pikiran yang dingin meski kata-kata kritikan yang dilontarkan
itu membuat hati dan pikiranmu panas. Dengarkan dengan tenang dan jangan
lakukan apapun, apalagi membalas kritikannya dengan kritikan pedas juga.
Kalau
kamu langsung bereaksi saat itu juga maka kemungkinan besar akan berakhir pada
pertengkaran yang berkelanjutan.
2. Responlah dengan Tegas
Sebel
sih memang kalau dikritik namun ternyata orang-orang sukses disana selalu minta
untuk dikritik loh.
Mereka
selalu meminta kritikan atas setiap karya dan kinerjanya. Mereka selalu
bertanya, “Apa yang perlu diperbaiki?”
Memang
kita tidak bisa mengkontrol kritik apa yang akan dikeluarkan orang lain. Ada
yang mengeluarkan kritikan membangun namun juga ada yang melontarkan kritik
yang tidak membangun juga. Kuncinya ada pada respon kita.
Ada
beberapa respon yang biasanya orang lakukan ketika mendengarkan kritikan.
Respon
Agresif : Ketika mendengar
kritikan kamu marah dan menyerang balik dengan kritikan yang tak kalah pedas.
Repon
Pasif : Kamu sebenarnya marah
akan orang yang mengkritik kamu namun daripada menimbulkan konflik maka diam
adalah pilihanmu. Namun dibalik diammu kamu menyimpan dendam dan
membicarakannya pada orang lain.
Respon
Pasif - Agresif:
Kamu marah dan membicarakan orang tersebut di belakangnya.
Respon Tegas : Kamu mengungkapkan apa yang kamu rasakan pada orang
yang melontarkan kritik.
Coba
selama ini ketika kamu mendengarkan kritik, bagaimana responmu? Respon agresif,
pasif , pasif-agresif atau tegas.
Memang
berat ya untuk respon tegas namun daripada kamu pendam justru menimbulkan
kebencian akan orang tersebut.
3. Lihat Apa yang Jadi Bahan Omongan atau Kritikannya
Nah
ini kaitannya dengan respon. Kalau kamu memutuskan untuk mereson tegas maka
sebelum kamu mengungkapkan perasaanmu pada orang yang memberi kritik maka ada
baiknya kamu melihat apa yang jadi benang merah omongannya.
Apakah
hal yang dibicarakan bersifat given atau hal yang bisa diubah?
Hal
yang bersifat given adalah hal yang bersifat pemberian dari Allah,
seperti latar belakang keluarga, ekonomi, agama, ras dan lain sebagainya.
Bila
yang dibicarakan adalah hal yang bersifat pemberian maka hal yang bisa kamu
lakukan adalah berdamai dengan kondisi tersebut dan bersyukur. Biarkan saja
mereka terus membicarakanmu.
Nah,
kalau hal yang dibicarakan adalah yang sifatnya bisa dirubah maka pertama, lihat
substansinya atau inti pembicaraannya. Dengarkan kritikan yang benar-benar
berasal dari orang yang berpengalaman dan benar-benar tahu dengan apa yang
dibicarakan.
Kedua, apakah kritikan
tersebut bersifat konstruktif (membangun) atau desruktif. Kritik konstruktif
datang dari orang yang benar-benar peduli dengan kita. Mereka mengkritik secara
langsung dengan kita dan memberikan kita kesempatan untuk mendengar sudut
pandang kita.
Sedangkan
kritikan desruktif merupakan kritikan yang berasal dari rasa tidak senang atau
cemburu. Mereka mengkritik tanpa memberikan solusi.
Nah, itulah tiga tips
sederhana agar kita tidak baper dengan kritikan atau omongan orang lain.
Tidak ada manusia yang
sempurna di dunia ini maka bila ada kritikan santuy saja.
Tak semua perkataan
orang harus kita masukkan hati dan kita turuti. Kita perlu memilih mana
kata-kata yang perlu kita tindak lanjuti.
Allah dan Rasul-Nya saja
tak lepas dari kritikan, hinaan, cacian manusia apalagi kita.
Seringkali orang yang
mengkritik kita itu sedang menggambarkan tentang dirinya sendiri. Beberapa kali
aku merasakan hal ini. Misalkan kita dibilang cuek padahal sebenarnya orang itu
yang cuek.
“Hal yang sering kita
keluhkan pada diri orang lain adalah hal-hal yang tidak kita sukai pada diri
kita.” ~ William Wharton
Yuk move on dari
omongan orang lain. Waktu kita terlalu berharga untuk kita habiskan dengan energy
negatif yang datang dari omongan orang lain. Mari kita fokus pada apa yang bisa
kita kontrol.
2 komentar
Tulisannya menarik, mba. Aku mungkin termasuk yang respons pasif ya, tapi karena aku cuek juga. Aku ga suka kepoin orang lain dan ga gitu nanggepin orang lain. Cuek ini ada plus minusnya juga. Plusnya ya karena nggak gampang terpengaruh, tapi minusnya jadi terkesan dingin/ga empati, hehe
BalasHapusBetul sekali mba, cuek memang perlu, karena kita nggak harus peduli dengan semua hal terutama omongan orang lain yang tidak membangun. Terima kasih sudah berkunjung mba :)
BalasHapus